Selasa, 22 Desember 2009

Rhodamin B

Sekarang-sekarang ini, mulai muncul keingintahuan dari konsumen terhadap zat pewarna yang digunakian dalam makanan. Dapat kita lihat, tayang televisi yang membahas penggunaan zat pewarna sintetis di dalam makanan. Sebenarnya penggunaan zat pewarna sintetis ini sudah diatur oleh badan pengawas obat dan makanan di seluruh dunia, sehingga masyarakat bisa mengetahui kandungan zat pewaran sintetis apa yang terkandung dalam suatu makanan. Bukan hanya zat pewarna sintetis,zat pewarna alami juga harus memenuhi standar nasional maupun internasional dalam penggunaanya. Sehingga, badan pengawas obat dan makanan (BPOM ) Indonesia  mengeluarkan peraturan tentang zat pewarna apa saja yang boleh dan tidak untuk digunakan.

Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas (Anonim1, 2005-2007). Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85  (Syah et al. 2005). Namun penggunaan Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambak botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman ( Anonim2 ,2006).

Rhodamin B adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari (conn’s, Hj, 1969).

 

 

 

 

 

Rumus kimia dari Rhodamin B adalah

Gb. 1. Rumus Kimia Rhodamin B

Dan jika zat ini diabsorpsi serta dilakukan Flourescene Imission Spektra seperti tertera dalam gambar

Gb. 2. Spektra Rhodamin B

Grafik tersebut di atas merupakan molar extinction coefficient Rhodamin B yang dilarutkan dalam etanol ( Anonim3 ,2009).

   Rumus Molekul dari Rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar 479.000. Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah – merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alcohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th ( Pertiwi, 2009 ).

 

   Dan berikut beberapa sifat dari Rhodamin B :

· Sinonim: Amonium, (o-carboxyphenyl) -6 - (diethylamino)-3H-xanthen-3-ylidene) mati thyl-, klorida; FD dan C Red No 19; Basic Violet 10; Rhodamine O; Tetraethylrhodamine; CI 45.170

· CAS No.: 81-88-9

· Berat Molekul : 479.02

· Rumus Kimia: C28H31N2O3Cl

· Kode Produk: U872

· Titik lebur: 165°C

· Kelarutan: sangat larut dalam air dan alkohol; sedikit larut dalam asam klorida dan sodium hidroksida

· Nama kimia: N-[9-(2-carboxyphenyl)-6-(diethylamino) N-[9 - (2-carboxyphenyl) -6 - (diethylamino)-3H-xanthen-3-ylidene]-N-ethylethanaminium chloride -3H-xanthen-3-ylidene]-N-ethylethanaminium klorida ( Anonim4 ,2009)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dan berikut merupakan warna-warna dari kristal Rhodamin B

    

 

Gb. 3. Rhodamin B

 

 

Gb. 4. Rhodamin B

 

 

 

Gb. 5. Rhodamin B

 

Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam Rhodamine B tidak hanya saja disebabkan oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam Rhodamin B iotu sendiri, bahkan jika Rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain seperti timbaledan arsen ( Subandi ,1999). Dengan terkontaminasinya Rhodamin B dengan kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan. Selain itu menurut Winarno ( 2004 ) bahwa timbal memang banyak digunakan sebagai pigmen dalam industri makanan sebagai kontaminannya.

 

Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna. Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Berikut gambar dari sintesis timoftalein ( sejenis indikator pH ) dari dua ekuivalen timol dan ftalat anhidrida :

Gb. 6. Sintesis timoftalein

Selanjutnya rekasi antara ftalat anhidrida dengan resorsinol dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B ( Anonim5 , 2009).

 

Gb. 7. Rekasi Antara Ftalat Anhidrida Dengan Resorsinol

 

Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl  yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen.

Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir mirip dengan sifat dari Klorin yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur Rhodamin B.  Sebagai contoh lain adalah senyawa CCl4, sudah tidak asing lagi bagi kita jika senyawa tersebut adalah senyawa yang karsinogenik (memicu kanker) jika sampai masuk ke dalam tubuh manusia. Contoh lain yang dapat disebutkan adalah senyawa CFC (ChloroFluoroCarbon) yang akhir-akhir ini makin marak disebutkan sebagai faktor penyebab ozon rusak dan berlubang. Kedua contoh di atas cukup menjelaskan bagaimana bahayanya senyawa halogen jika berikatan dengan senyawa organik (Anonim6, 2009). Pertanyaan akan timbul dalam keadaaan ini, lalu bagaimana dengan NaCl? Setiap hari kita memerlukan kadar garam pada batas tertentu, apakah NaCl yang tiap hari kita makan akan membahayakan kita? Jawaban yang didapat adalah sama sekali tidak akan membahayakan kita. Penyebabnya adalah senyawa NaCl yang selama ini kita konsumsi adalah bukan senyawa organik, sehingga klorin berada dalam senyawa yang bukan senyawa organik, maka kita akan aman-aman saja jika mengkonsumsinya.

Kita kembali lagi ke masalah Rhodamin B, penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin kita ketahui mengandung klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia.

Sekarang akan dibahas zat yang berbahaya dalam Rhodamin B yaitu klorin. Klorin sendiri pada suhu ruang berbentuk sebagai gas. Sifat dasar klorin sendiri adalah gas beracun yang menimbulkan iritasi sistem pernafasan. Efek toksik klorin berasal dari kekuatan mengoksidasinya. Bila klorin dihirup pada konsentrasi di atas 30ppm, klorin mulai bereaksi dengan air dan sel-sel yang berubah menjadi asam klorida (HCl) dan asam hipoklorit (HClO). Ketika digunakan pada tingkat tertentu untuk desinfeksi air, meskipun reaksi klorin dengan air sendiri tidak mewakili bahaya utama bagi kesehatan manusia, bahan-bahan lain yang hadir dalam air dapat menghasilkan disinfeksi produk sampingan yang dapat merusak kesehatan manusia. Klorit yang digunakan sebagai bahan disinfektan yang digunakan dalam kolam renang pun berbahaya, jika terkena akan mennyebabkan iritasi pada mata dan kulit manusia. (Anonim7, 2009).

 

 

 

Rhodamin B memiliki toksisitas yang rendah, namun pengkonsumsian dalam jumlah yang besar maupun berulang-ulang dapat mengakibatkan dampak negatif bagi tubuh,      antara lain :

·         Sifat kumulatif yaitu iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hafi/liver (ITB, 2006).

·         Jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan dan bahaya kanker hati (ITB, 2006).

·         Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan,  pada kelopak mata. (ITB, 2006).

·         Jika tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah muda. Penyebarannya dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati (Hermawan,2008).

·         Jika sudah masuk dalam tubuh kita dia akan mengendap pada jarigan hati dan lemak,tidak dapat di keluarkan. dalam jangka waktu lama bisa bersifat karsinogenik (penyebab kanker) (Thoeng R,2008).

·         bila dikonsumsi bisa menyebabkan gangguan pada fungsi hati, bahkan kanker hati. Bila mengonsumsi makanan yang mengandung rhodamin B, dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak, sehingga lama-kelamaan jumlahnya terus bertambah. Dampaknya baru akan kelihatan setelah puluhan tahun kemudian (ITB, 2006).

 

Berbagai penelitian dan uji telah membuktikan bahwa dari penggunaan zat pewarna ini pada makanan dapat menyebabkan kerusakan pada organ hati. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan terjadinya piknotik (sel yang melakukan pinositosis ) dan hiperkromatik (pewarnaan yang lebih kuat dari normal) dari nukleus. Degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma. Batas antar sel tidak jelas, susunan sel tidak teratur dan sinusoid tidak utuh. Semakin tinggi dosis yang diberikan, maka semakin berat sekali tingkat kerusakan jaringan hati mencit.(Anonim8, 2006). Selain itu, dari penelitian menunjukkan bahwa pewarna buatan dapat menyebabkan hiperaktif pada anak-anak, infertilitas, cacat bayi, kerusakan liver dan ginjal, kanker, mengganggu fungsi otak dan kemampuan belajar, dan kerusakan kromosom.(Anonim9,2008).

Zat warna ini bersifat toksik dan karsinogenik, makanya wadah kemasannya sebaiknya dikasih tanda tengkorak. Rhodamin B di industri tekstil digunakan sebagai bahan pembentuk warna merah muda.

Sebaiknya kita sebagai konsumen memperhatikan hal tersebut, karena jika dibiarkan dikonsumsi terus menerus akan menjadi zat yang berbahaya bagi tubuh. Setelah kita mengetahui bahwa Rhodamin B merupakan zat yang berbahaya bagi tubuh, harus kita ketahui juga apa saja  ciri-ciri makanan yang mengandung Rhodamin B agar dapat menghindari untuk mengkonsumsi makanan tersebut. Ciri-cirinya adalah :

·   makanan berwarna mencolok

·   cenderung berpendar serta banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen. (Nasia Freemeta, 2008).

·   Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun).

·    Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya.

·   Baunya tidak alami sesuai makanannya(Yuwielueninet, 2008)

   Berikut merupakan contoh  ciri-ciri makanan yang menggunakan zat Rhodamin B

                                    

            Gb. 8.                                                                          Gb. 9.

      

                             

            Gb. 10.                                                                        Gb. 11.

Setelah mengetahui dampak negatif dan ciri-ciri dari Rhodamin B, sebagai konsumen kita harus pandai untuk membedakan makanan mana yang tidak mengandung pewarna yang menggunakan Rhodamin B sehingga  aman untuk dikonsumsi. Cara yang dianjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung Rhodamin B adalah :

·         menghindari makanan kemasan, makanan restoran, makanan siap saji.  Konsumsilah makanan masakan sendiri di rumah karena lebih aman.

·         Supaya tidak salah memilih produk pangan yang mengandung pewarna Rhodamin B, konsumen harus lebih selektif. Berhati-hatilah memilih produk pangan yang akan dikonsumsi dengan cara tidak segan-segan menanyakan kepada penjual pangan apakah produknya menggunakan pewarna tekstil atau tidak.

·         Waspadailah selalu produk tertentu yang sering menggunakan pewrana tekstil  dengan memperhatikan ciri-cirinya. (Nasia Freemeta, 2008)

 

 

 

 

 

 

 

 

Kesimpulan

Zat pewarna pada makanan digunakan untuk menambah selera makan namun bertujuan untuk menghambat atau menghentikan aktivitas mikroba (bakteri, kapang, khamir) dan akhir tujuannya dapat meningkatkan daya simpan suatu produk olahan, meningkatkan cita rasa, warna, menstabilkan, memperbaiki tekstur, sebagai zat pengental/penstabil, antilengket, mencegah perubahan warna. Namun penambahan zat pewarna dalam makanan ini sering diganti dengan zat pewarna pada tekstil untuk memberikan warna pada makanan. Zat tersebut adalah Rhodamin B. Walaupun pemerintah sudah melarang penggunaan zat ini di dalam makanan, namun para pedagang masih saja menggunakannya, karena harga Rhodamin B relatif lebih murah dari pada pewarna alami. Yang membuat zat ini bersifat toksik adalah senyawa anorganiknya selain juga zat organiknya. Jika kita mengkonsumsi makanan yang mengandung Rhodamin B maka zat ini akan merusak organ pada tubuh kita, bahkan memicu terjadinya kanker. Untuk mengurangi dampak dari zat ini, maka diperlukan kebiasaan konsumsi terhadap makanan yang baik, sebagai contoh menghindari makanan dalam bentuk kemasan, melihat dahulu kandungan zat-zat apa saja yang terdapat di dalam makanan tersebut, dan lain-lain.

 

Saran

Saran yang dapat kami berikan kepada konsumen :

·      Dalam menggunakan zat pewarna pada makanan, sebaiknya konsumen lebih memilih menggunakan zat pewarna alami seperti ekstrak daun suji, kunyit dan ekstrak buah-buahan daripada menggunakan zat pewarna sintetis

·      Ketika konsumen membeli makanan langsung dari produsennya, jika menggunakan zat pewarna, maka konsumen jangan segan-segan untuk bertanya zat pewarna apa yang digunakan

 

Saran kepada pemerintah:

·      Pemerintah seharusnya lebih tegas lagi dalam menindak produsen yang masih menggunakan zat pewarna sintetik ke dalam makanan

·      Pemerintah telah mengatur peredaran bahan berbahaya termasuk Rhodamin B, agar tidak bocor ke produsen pangan dan tidak disalahgunakan untuk pangan

·       Pemerintah melakukan pengawasan yang intensif terhadap toko-toko bahan kimia yang selama ini menjual bahan berbahaya termasuk Rhodamin B untuk produsen pangan dan pengawasan sebelum dan setelah pangan beredar serta pengawasan disertai penindakan keras terhadap produsen pangan yang dijumpai menggunakan Rhodamin B untuk pewarna pangan.

·      Pemerintah secara terus menerus melakukan pembinaan terhadap produsen pangan yang belum mengetahui Rhodamin B untuk pewarna pangan.

5 komentar:

  1. boleh tanya ga??? -iya aja lah...hehehehhe,maksa..-

    kalo letal dosis rhodamin b berapa ya??? penting neh buat kelanjutan masa depan...heheheh

    tengkyu sebelumnya ^^

    BalasHapus
  2. mau tanya jg nich???
    ada yg tahu tdk struktur kimia bila rhodamin B direaksikan denngan logam Sb...
    thanks

    BalasHapus
  3. Gambar reaksinya tdk kelihatan

    BalasHapus